Peluang Bisnis Sabun Curah
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Kini, sabun dikenal dalam dua wujud, yakni sabun cair dan sabun padat. Sama seperti minyak goreng, dalam bisnis sabun juga dikenal adanya sabun curah.
Berbeda dengan sabun kemasan pabrik, harga sabun curah lebih miring meski dengan kualitas yang sama. Itulah sebabnya, untuk kebutuhan dalam skala besar, seperti restoran dan perkantoran, banyak yang lebih memilih menggunakan sabun curah.
Tak heran, bisnis sabun ini cukup menggiurkan. Erry Fitriyana, pemilik dari Diva Sarana Chemical-Otoklin di Bandung, bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 300 juta per bulan dari bisnis ini. "Permintaan sabun curah makin ramai, karena produk ini dibutuhkan setiap hari," ujarnya.
Erry menjajakan berbagai macam jenis sabun curah dengan merk B-Klin dan Otoklin , mulai sabun cuci piring/dishwash liquid, handsoap, shampoo mobil,semir ban, deterjen cair pakaian,pelembut pakaian softener, sabun pembersih lantai dan karbol dan produk pembersih lainnya. Ia menjual sabun curah ini langsung untuk pemakai, seperti rumah makan, laundry, jasa cuci mobil dan motor,perusahaan cleaning service bahkan industri tekstil yang memerlukan sabun dalam jumlah banyak, ada juga pesanan untuk mereka kemas kembali/repack dengan merk sendiri, ujar Erry.
Permintaan terbanyak produk Erry adalah sabun cuci piring/ dishwash, dalam satu bulan, ia mampu menjual sabun cuci piring sebanyak 10 ribu liter.
Erry melalui perusahaannya CV.Diva Sarana Chemical memasarkan produknya ke agen-agen di seluruh Indonesia
Hanya saja, Erry yang sudah bergelut di bisnis ini selama tujuh tahun mengatakan, tak mudah bermain pada bisnis sabun curah. Soalnya, sabun curah ini adalah bahan kimia dan semua orang pasti berhati-hati.
Tak heran, di awal usaha ini, Erry agak kesulitan memasarkan karena konsumen cenderung hati-hati sebelum memutuskan membeli. "Oleh karena itu, kami juga harus mendemonstrasikan dengan baik," kata Erry.
Selain itu, produsen baru sabun curah juga terus bermunculan. Akibatnya, tingkat persaingan bisnis ini juga kian tetat.
Pemain sabun curah lainnya adalah Lenny Silistijo. Lewat bendera usaha CV Damart Sejahtera, produsen sabun curah di Serpong, Tangerang Selatan, ini menawarkan 20 jenis sabun untuk berbagai keperluan, seperti bengkel, restoran, dan rumah tangga.
Dalam sehari, Lenny bisa memproduksi dua ton sabun cair. Lenny bilang, kualitas sabun curah buatannya tak kalah dengan merek terkenal. Bahkan, sering Lenny mendapat pesanan sabun untuk kebutuhan yang spesifik.
Selain itu, harga sabun curah juga lebih murah. "Kami bisa menekan harga karena tidak ada biaya marketing dan proses produksi yang lebih sederhana," ujar Lenny.
Ia menjual berbagai produk sabun curah ini melalui agen-agen di seluruh Indonesia. "Dalam sebulan, omzet saya bisa mencapai Rp 150 juta," ujar Lenny.
Lenny mengakui, usaha ini banyak pesaingnya. Maklum, industri skala rumah tangga pun bisa membuat sabun curah ini. Meski begitu, Lenny optimistis, bisnisnya bakal terus berkembang selama ia mampu menjaga mutu.
Ia menyadari, mayoritas konsumen masih suka mencoba berbagai merek sabun. "Terutama para konsumen kelas menengah ke atas lebih percaya pada merek daripada kualitas," ujar produsen sabun merek Toppas ini.
Berbeda dengan sabun kemasan pabrik, harga sabun curah lebih miring meski dengan kualitas yang sama. Itulah sebabnya, untuk kebutuhan dalam skala besar, seperti restoran dan perkantoran, banyak yang lebih memilih menggunakan sabun curah.
Tak heran, bisnis sabun ini cukup menggiurkan. Erry Fitriyana, pemilik dari Diva Sarana Chemical-Otoklin di Bandung, bisa mengumpulkan omzet hingga Rp 300 juta per bulan dari bisnis ini. "Permintaan sabun curah makin ramai, karena produk ini dibutuhkan setiap hari," ujarnya.
Erry menjajakan berbagai macam jenis sabun curah dengan merk B-Klin dan Otoklin , mulai sabun cuci piring/dishwash liquid, handsoap, shampoo mobil,semir ban, deterjen cair pakaian,pelembut pakaian softener, sabun pembersih lantai dan karbol dan produk pembersih lainnya. Ia menjual sabun curah ini langsung untuk pemakai, seperti rumah makan, laundry, jasa cuci mobil dan motor,perusahaan cleaning service bahkan industri tekstil yang memerlukan sabun dalam jumlah banyak, ada juga pesanan untuk mereka kemas kembali/repack dengan merk sendiri, ujar Erry.
Permintaan terbanyak produk Erry adalah sabun cuci piring/ dishwash, dalam satu bulan, ia mampu menjual sabun cuci piring sebanyak 10 ribu liter.
Erry melalui perusahaannya CV.Diva Sarana Chemical memasarkan produknya ke agen-agen di seluruh Indonesia
Hanya saja, Erry yang sudah bergelut di bisnis ini selama tujuh tahun mengatakan, tak mudah bermain pada bisnis sabun curah. Soalnya, sabun curah ini adalah bahan kimia dan semua orang pasti berhati-hati.
Tak heran, di awal usaha ini, Erry agak kesulitan memasarkan karena konsumen cenderung hati-hati sebelum memutuskan membeli. "Oleh karena itu, kami juga harus mendemonstrasikan dengan baik," kata Erry.
Selain itu, produsen baru sabun curah juga terus bermunculan. Akibatnya, tingkat persaingan bisnis ini juga kian tetat.
Pemain sabun curah lainnya adalah Lenny Silistijo. Lewat bendera usaha CV Damart Sejahtera, produsen sabun curah di Serpong, Tangerang Selatan, ini menawarkan 20 jenis sabun untuk berbagai keperluan, seperti bengkel, restoran, dan rumah tangga.
Dalam sehari, Lenny bisa memproduksi dua ton sabun cair. Lenny bilang, kualitas sabun curah buatannya tak kalah dengan merek terkenal. Bahkan, sering Lenny mendapat pesanan sabun untuk kebutuhan yang spesifik.
Selain itu, harga sabun curah juga lebih murah. "Kami bisa menekan harga karena tidak ada biaya marketing dan proses produksi yang lebih sederhana," ujar Lenny.
Ia menjual berbagai produk sabun curah ini melalui agen-agen di seluruh Indonesia. "Dalam sebulan, omzet saya bisa mencapai Rp 150 juta," ujar Lenny.
Lenny mengakui, usaha ini banyak pesaingnya. Maklum, industri skala rumah tangga pun bisa membuat sabun curah ini. Meski begitu, Lenny optimistis, bisnisnya bakal terus berkembang selama ia mampu menjaga mutu.
Ia menyadari, mayoritas konsumen masih suka mencoba berbagai merek sabun. "Terutama para konsumen kelas menengah ke atas lebih percaya pada merek daripada kualitas," ujar produsen sabun merek Toppas ini.
Editor: Roni Setiawan